Sabtu, 31 Desember 2022

Kamis, 02 Juni 2022

Something New.



Cara Allah menjawab doa hambanya memang selalu di luar dugaan. 

Kenapa? Karena Allah memberikan apa yang kita butuhkan, meski kadang itu bukan keinginan kita. Tapi, buat Allah itu yang terbaik buat kita. Hal yang kita mau belum tentu jadi yang terbaik buat kita, Allah pasti tau kebutuhan hambanya. 

Akhir-akhir ini lagi ngerasa hype banget sama dunia KPOP lagi setelah sekian lama. Suka sama NCT, hahaha. 
Padahal udah vakum dari dunia KPOP setelah kelas 11 SMA, tiba-tiba aja sekarang kecantol lagi buat ngefangirling boyband. Lucu juga kalo diinget-inget udah umur segini masih ngefangirl. 
Awalnya denial banget, mikirin umur. Setelah dipikir-pikir lagi ga ada salahnya juga mengagumi karya yang ada. Beneran hype banget inimah kaya ngehype Super Junior pas SD.

Di titik yang mungkin rasanya kurang bersemangat, ga sengaja dengerin lagunya dan wow, sangat ngebuka dan mengingatkan lagi untuk bersemangat. Kemarin bertanya-tanya sama Allah, kemana ya rasa semangat ini? Kenapa semuanya rasanya flat. 
Terus ga lama malah dikasih semangat lewat ngefangirling sama NCT Dream yang arghhhh gemes, ahaahaha. 
Beberapa lagunya juga cukup memberi senyuman dan semangat ketika didengarkan. Pas lagi merasa kosong, nontonin tingkahnya juga bikin ketawa sendiri, terlepas dari settingan atau engga tapi gue menikmati peran mereka sebagai publik hibur. Balik lagi, semua tentang karyanya. 

Tapi ada salah satu membernya yang membuat gue kagum dengan sikap dan pemikirannya. Di umur dia yang sekarang dia sudah menyiapkan segalanya, suka ikut acara amal, pelayanan sosial dan se-soft itu perilakunya. Membuat gue bertanya-tanya, itu real manusia atau bukan sih? 
Dari dia, gue mengambil sisi positifnya yang terlihat oleh gue sebagai penikmat karyanya. 

Semoga mereka terus menunjukan sisi positif sebagai reminder untuk diri gue juga ke depannya. 

Penampakan playlist bulan Mei

Share:

Rabu, 23 Maret 2022

monolog

Tanggal 23 Maret 2022 ini rasanya aneh.

Sudah mencapai batas ambang rindu yang ada. Selama ini selalu ditahan dan dipendam, kini meledak tak kira-kira dan terus membara. Bikin uring-uringan. 

Sadar diri harusnya diperkuat lagi, karena kata mas Tulus di lagu barunya, 

Begitu banyak yang sama di latar mereka, dikira tak akan ada kendala dan semua akan mudah. Nyatanya apa? Tetap berpisah, apalagi aku dan dia yang jelas semua berbeda

Aku ulangi, ya. 

Begitu banyak yang sama aja tidak bisa membuat mereka bersama, apalagi aku dan dia yang jelas berbeda?

Hanya bisa berharap semoga waktu bisa menyembuhkan ini, meskipun aku tak tau sampai kapan. Tau? Saking rindunya, beberapa hari ini aku selalu berharap aku bisa bertemu dia dimanapun aku berpijak. 

Tapi kembali lagi seperti kata mas Tulus, perjalanan yang membawa pertemuan mereka saja tidak bisa menyatukan mereka. Kali ini sama seperti kisahku, aku dan dia hanya bertemu secara tidak sengaja dan tidak bisa bersama. 


Halo, Aku! Ingat ya, aku harus melanjutkan perjalanan hidupku dan dia harus melanjutkan perjalanan hidupnya. 

Jadi untuk Aku, ayo kembali ke kenyataan. Gapapa rindu, tapi tolong jangan berlebihan. Sesuatu yang berlebihan itu ga baik. 

Ucapkan hati-hati di jalan untuknya, ya?

------

Revised

Setelah curhat malam dengan Sang Pencipta, akhirnya uring-uringan rasanya hilang. Bintang 5!

 


Share:

Sabtu, 19 Maret 2022

Our Beloved Summer on 22!

Ternyata sudah bulan ketiga dari tahun 2022. Jadi, haloo!


Halo diary Adinda yang sesekali ditengok dan dituangkan dalam bentuk tulisan. Sebenarnya sudah dari kapan-kapan hari ingin mencurahkan semua kisah di umur 22 tahun ini. Yaaa, baru 5 bulan menginjak umur 22 tapi rasanya udah luar biasa banget. Awal bulan di umur 22 sudah diuji berbagai rintangan yang aku rasa itu cukup berat dan pertama kali di hidup aku untuk merasakan hal tersebut, tapi alhamdulillah aku melaluinya

Tiba-tiba bingung mau bilang apa, tapi akhir-akhir ini lagi mensyukuri nikmat adanya teman. Iya, teman. Tanpa aku sadari ternyata alhamdulillah aku dikelilingi banyak teman baik yang menurut aku mereka muncul di saat-saat yang selalu tak terduga. Mau cerita tentang salah satu temanku SMA dulu ya, 

"Kamu MIA 1? Besok mau duduk bareng sama aku ngga?"

Pertanyaan sederhana dari orang asing yang kini menjadi teman, alhamdulillah sampai sekarang masih bermain bersama dan berbagi kisah bersama. Namanya Syifa. Saat itu aku mencari-cari namaku di kelas IIS atau IPS yang ternyata ada di MIA atau IPA. Pertanyaan yang Syifa lontarkan menjadi awal dari aku temanan dengan Syifa. Kelas 10 kami selalu bersama, jujur anaknya pendiam banget dulu. Kelas 11 kami pisah kelas, tapi setiap pagi dia selalu nyamperin aku ke kelas aku yang beda gedung sama gedung kelasnya. Dia selalu nyamperin aku ke kelas bersama temanku satu lagi namanya Irene. Waktu kelas 11, aku sama Syifa punya satu topik yang "mungkin" sampai sekarang di umur kami yang udah 22 tahun masih selalu jadi topik yang seru untuk kami bahas. Jujur sih, topik tersebut sangat mewarnai kisah SMA aku dan Syifa pun juga mengakui kalau topik tersebut juga mewarnai hari-hari dia. Hari ini aku ketemu Syifa dan kami sempat melewati jalan sekolah kami, dan kami flashback kalau tiap pulang sekolah, even kelas kami berbeda aku selalu pulang sama dia dan setiap pulang sekolah kami selalu membahas topik itu. SERU BANGET! dan ngakak banget juga kalau diingat-ingat. Eh, sampai sekarang juga masih suka dibahas sih, hehehe

Kadang masih ngga nyangka kalau aku udah temanan sama Syifa udah 8 tahun and still counting ga sih? Aamiin. Pas masa aku merasakan ujian di umur 22 kemarin untuk pertama kalinya, Syifa juga andil menyemangatiku dan menurutku ada kata-katanya yang aku selalu ingat dari saat itu sampai sekarang, kalau semua kesulitan yang dilalui sekarang, pasti akan selesai. Kan kita suka lupa ya, kalau itu semua akan selesai. Udah dua minggu ini ketemu Syifa di hari sabtu dan kami selalu berbincang betapa kagetnya kami kalau kami udah 22 tahun, bukan siswi SMA lagi. 


"Lambat laun semua akan merasakan, semua akan punya kesulitannya masing-masing. Tugas kita sebagai teman hanya bisa saling menyemangati satu sama lain, meski kita ngga selalu 24 jam bersama. Jangan lupa untuk selalu berterima kasih dengan diri sendiri, selalu ingatkan untuk makan cukup karena semua akan selesai jika waktunya memang sudah usai."



----


Teman selanjutnya yang akan aku bahas dan sering aku kenalkan akhir-akhir ini adalah Pelangi. Dia teman pertama aku di kampus. Jujur, aku ketemu sama dia ngga sengaja. Berawal aku yang nanya ke menfess di twitter tentang alur daftar ulang kampus, kemudian kesamaan kami yang berturut-turut ada, sampai ngekos 2 tahun sekamar sama Pelangi. 

Aku pernah bilang, salah satu yang aku syukuri dari kehidupan kuliah itu adalah aku punya teman kosan seperti Pelangi, Opi dan Nadira. Hiruk pikuk kehidupan kampus yang dimana kita juga belajar menjadi dewasa di sana, kadang kita tetap butuh rumah untuk pulang dan beristirahat. Bagiku, rumah adalah tempat aku pulang dan tidak melibatkan kehidupan "complicated" aku di sana. Rumah, tempat singahku di Bogor ya kosanku. Ketika aku sampai kosan, aku senang saat malam berbincang ringan dengan Pelangi, atau kalau Pelangi belum pulang biasanya aku ke kamar Opi sambil nunggu makanan yang aku titipkan lewat Nadira, teman sekamar Opi. 

Jujur, aku kadang kangen suasana kosan dimana biasanya kalau aku pulang ada Pelangi yang bergulat dengan laptopnya, kemudian setelah aku selesai mandi, sesi bincang kecil akan dimulai. Entah dimulai dari sekedar obrolan nasi goreng depan kosan, bahkan sampai keadaan dimana aku sama Pelangi nyetel lagu galau padahal gatau galau kenapa. Ketawa banget ingetnya! Hahahaha. 

Salah satu keputusan yang sempat aku sesali dari masa kuliahku yaitu keputusan dimana pas menuju semester 7 aku dan Pelangi sama-sama mengambil keputusan untuk pisah kamar kosan, bahkan pisah kosan kali ya. Soalnya aku memang pindah kosan. Jujur, aku menyesalinya banget meskipun ternyata ada kondisi pandemi. Malam itu, aku dan Pelangi berbincang kecil seperti biasa dan tiba-tiba kami membahas untuk pisah kosan karena kami pikir ketika kami pengen skripsian itu kondisi dimana kami butuh ketenangan satu sama lain. Padahal itu salah, guys

Kenapa salah? Karena pas aku penelitian dan tiap pulang dari lab tuh rasanya butuh teman untuk berbagi kisah juga, dan aku sadar ternyata di kondisi kita skripsian memang kita butuh ruang untuk sendiri tapi lebih butuh lagi teman di samping kalian yang seenggaknya bisa nemenin kalian atau berbagi kisah sama kali, ya karena kita makhluk sosial. Meskipun tanpa pindah kosan pun, karena ada pandemi tetep aja aku dan Pelangi nanti ujungnya ga sekosan. Tapi menurutku, itu keputusan yang cukup salah. 

Samapi akhirnya setelah sekian lama aku dan Pelangi ngga ketemu, Pelangi ngechat aku dan kami jadi saling bertukar kabar lagi bahkan sampai sekarang. Ohiya, kemarin Pelangi membuatkan rangkaian kata untuk aku, aku juga sbenernya udah mau nulis tentang dia dari sebelum dia mengirim itu, tapi, dia duluan. Yaudah gapapa, aku akan simpan screenshotnya di sini!


Sampai akhirnya, setelah sebulan setelah wisuda, aku dan Pelangi mengambil ijazah di hari yang sama karena kami sudah berjanjian untuk mengambilnya di hari yang sama. Aku pikir-pikir Pelangi beneran dari awal sampai akhir banget. Administrasi untuk masuk kampus, sampai administrasi untuk keluar kampus. Aku juga menyadari bahwa kadang ada beberapa hal yang entah kenapa anehnya selalu sama dengan Pelangi. Itu lucu banget, ga paham deh. 

"Adanya banyak kesamaan bukan berarti semuanya harus digambarkan, teman bukan berarti gantungan kehidupan. Hidup seperlunya, jalani hidup dengan semampunya dan semuanya harus sesuai porsinya. Setiap awalan selalu ada akhiran dan perbedaan tempuhan jalan. Nikmati dan hadapi. Mari bertemu lagi suatu saat nanti."


Kenapa our beloved summer on 22? Karena itu nama dari playlist Spotify aku tahun ini. 😼






Share: